Jakarta, Garudatimes.com – Pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS) kini menjadi perhatian utama dunia, dengan hasil yang diprediksi berdampak pada pasar global, termasuk Indonesia. Siapa pun yang menang, hasilnya diyakini akan membawa efek pada pasar ekuitas global, memunculkan volatilitas yang perlu diperhatikan para investor.
Associate Director of Research and Investment di Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, menjelaskan bahwa setiap pemilu AS cenderung meningkatkan volatilitas pasar saham. Menariknya, data historis menunjukkan bahwa, rata-rata, indeks Dow Jones mengalami kenaikan 9,3% dalam satu tahun setelah pemilu sejak 1964 hingga 2020.
“Ini bisa memberikan sentimen positif bagi pasar global, terutama jika kandidat yang menang adalah pilihan favorit pasar,” ujarnya.
Pengaruh Kebijakan Trump dan Harris
Kedua kandidat memiliki pengaruh yang berbeda bagi ekonomi dunia. Trump dikenal dengan kebijakan “Make America Great Again” yang berfokus pada proteksionisme, yang diperkirakan akan membawa dampak negatif bagi ekonomi global. “Trump kemungkinan besar akan lebih proteksionis, yang berpotensi menekan pertumbuhan ekonomi global,” kata Nico.
Di sisi lain, Kamala Harris diperkirakan akan membawa kebijakan yang lebih tenang dan stabil, mirip dengan pemerintahan Joe Biden sebelumnya. Nico menjelaskan bahwa jika Trump yang menang, volatilitas pasar akan lebih tinggi dibandingkan jika Harris yang terpilih. “Karena itu, banyak pelaku pasar memilih strategi wait and see, menunggu hingga kondisi pasar lebih stabil,” tambahnya.
Arus Dana Asing yang Fluktuatif
Samuel Kesuma, Chief Investment Officer di PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI), memprediksi arus dana asing akan berfluktuasi dalam waktu dekat. Data terkini menunjukkan net buy sebesar 261,07 miliar di seluruh pasar pada 4 November 2024, namun net sell mingguan mencapai Rp 2,14 triliun.
“Dalam jangka pendek, arus dana asing dapat bergerak fluktuatif, dipengaruhi faktor-faktor seperti pemilu AS, tensi geopolitik, risiko moderasi ekonomi domestik, dan fokus kebijakan pemerintahan baru,” ujarnya.
Dampak pada IHSG dan Rupiah
Pengamat pasar modal Desmond Wira menilai bahwa posisi Trump yang kuat pada kepentingan dalam negeri kemungkinan akan memperkuat nilai dolar AS dan melemahkan rupiah. Jika ini terjadi, indeks IHSG bisa terpengaruh oleh sentimen negatif.
“Jika dolar AS menguat, dampaknya adalah rupiah melemah. Selain itu, Trump mungkin akan merespons lebih keras langkah Indonesia bergabung dengan BRICS. Pasar saham IHSG akan menghadapi sentimen negatif,” jelasnya.
Strategi Investor dalam Kondisi Ekonomi Lemah
Jika Kamala Harris yang terpilih, Desmond memprediksi sentimen negatif di pasar Indonesia akan berkurang, meskipun ekonomi dalam negeri masih lemah. Produk domestik bruto (PDB) Indonesia diperkirakan tumbuh lebih rendah, dengan proyeksi pertumbuhan 5,00% pada kuartal III 2024, sedikit menurun dari 5,05% pada kuartal II.
“Investor disarankan untuk tetap menerapkan strategi wait and see terhadap perkembangan pasar saham sebelum mengambil langkah investasi lebih lanjut,” pungkas Desmond.