Mataram, Garudatimes.com – Pemerintah Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, mengeluarkan imbauan kepada para nelayan agar lebih berhati-hati terhadap potensi anomali cuaca seiring peralihan dari musim kemarau ke musim hujan. Langkah ini diambil untuk menjaga keselamatan nelayan dalam menghadapi cuaca ekstrem yang bisa terjadi sewaktu-waktu.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kota Mataram, Irwan Harimansyah, menyampaikan bahwa nelayan perlu meningkatkan kewaspadaan selama masa transisi cuaca ini. “Cuaca ekstrem bisa datang tiba-tiba di masa peralihan musim, sehingga kami imbau nelayan untuk waspada,” ujarnya di Mataram, Jumat (8/11/2024).
Sebagai tindak lanjut, DKP Kota Mataram juga mengerahkan para penyuluh untuk aktif memberikan informasi dan memantau kondisi nelayan. Saat ini, aktivitas melaut di Mataram masih berjalan normal, karena anomali cuaca dianggap belum memberikan dampak signifikan.
Irwan menjelaskan, walaupun biasanya angin barat mulai hadir di bulan November, pergerakannya mengalami pergeseran. Saat ini, kondisi laut masih relatif tenang sehingga nelayan dapat tetap melaut seperti biasa. Musim angin barat yang biasanya berlangsung hingga awal tahun memang menjadi periode ketika sebagian nelayan memutuskan untuk libur melaut.
Pada puncak musim angin barat, produksi ikan tangkapan nelayan, terutama jenis tongkol, mengalami penurunan sebesar 10-20 persen dari produksi tahunan yang biasanya berkisar antara 180 hingga 200 ton. Meskipun demikian, kebutuhan ikan laut di Kota Mataram tetap tercukupi berkat pasokan tambahan dari daerah sekitar, termasuk Kabupaten Lombok Utara, Lombok Barat, dan Lombok Timur.
Data DKP mencatat bahwa jumlah nelayan di Kota Mataram sekitar 1.400 orang, dengan sekitar 900 hingga 1.000 di antaranya merupakan nelayan asli dan sisanya adalah buruh nelayan.
“Selama musim angin barat, sekitar 70 persen dari nelayan di Mataram memilih menambatkan perahu mereka di kawasan pesisir utara, seperti Pantai Duduk Senggigi. Sisanya 30 persen memilih wilayah selatan,” jelas Irwan.
Kawasan pesisir utara, termasuk Senggigi, menjadi pilihan banyak nelayan dari daerah seperti Bintaro, Pondok Perasi, dan Kampung Bugis karena kawasan ini lebih aman dari abrasi pantai. Meskipun demikian, gelombang pasang tetap berpotensi membawa arus yang dapat membahayakan perahu nelayan.
DKP Kota Mataram juga rutin memberikan edukasi kepada nelayan yang menambatkan perahunya di kawasan wisata, khususnya di Senggigi, agar selalu menjaga etika, kebersihan, dan keamanan untuk menghindari konflik dan memastikan kenyamanan bagi wisatawan di wilayah tersebut.
Dengan pengawasan dan pemantauan berkelanjutan, Pemkot Mataram berharap keselamatan nelayan terjaga dan pasokan pangan laut untuk masyarakat tetap stabil di tengah tantangan cuaca ekstrem.