Palembang, Garudatimes.com – Sumatera Selatan (Sumsel) terus memperkuat posisinya sebagai salah satu lumbung pangan nasional melalui berbagai inisiatif strategis. Sebagai provinsi penghasil beras terbesar kelima di Indonesia, Sumsel mencatat produksi beras sebesar 1,63 juta ton pada 2024, naik 0,35% dari tahun sebelumnya.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumsel, Moh Wahyu Yulianto, menyebutkan peningkatan ini berasal dari konversi 2,84 juta ton gabah kering giling (GKG). Tiga wilayah utama penyumbang produksi adalah Kabupaten Banyuasin, Ogan Komering Ilir (OKI), dan Ogan Komering Ulu (OKU) Timur, yang memiliki lahan sawah terluas di provinsi tersebut.
Cetak Sawah Baru Seluas 271 Ribu Hektare
Untuk lebih meningkatkan produktivitas, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH) Sumsel merencanakan pencetakan sawah baru seluas 271.471 hektare pada 2025. Fokusnya berada di empat kabupaten, yaitu OKI (125.625 ha), Banyuasin (57.000 ha), Musi Banyuasin (53.000 ha), dan Ogan Ilir (35.846 ha).
“Persiapan sudah kami lakukan, termasuk koordinasi dengan pemerintah kabupaten dan pihak terkait. Dengan dukungan penuh, kami optimis target cetak sawah ini dapat tercapai,” ujar Kepala Dinas Pertanian TPH Sumsel, Bambang Pramono.
Upaya ini juga merupakan bagian dari target nasional yang dicanangkan Kementerian Pertanian, yakni mencetak 750 ribu hektare sawah baru pada 2025. Selain Sumsel, wilayah lain yang menjadi prioritas adalah Papua Selatan, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan.
TNI Turut Andil dalam Program Pangan
Untuk menyukseskan program ini, Sumsel menggandeng Komando Resor Militer (Korem) 044 Garuda Dempo. Komandan Korem 044/Gapo Brigjen TNI Muhammad Thohir menekankan pentingnya mencetak sawah tanpa merusak ekosistem.
“Kami akan memastikan langkah-langkah yang diambil memperhatikan tipologi lahan agar program ini tidak hanya bermanfaat jangka pendek, tetapi berkelanjutan,” ujarnya.
Selain pencetakan sawah, Kodam II/Sriwijaya juga aktif dalam program pertanian lainnya, seperti optimalisasi lahan rawa, pompanisasi, dan pendampingan distribusi pupuk. Prajurit juga mendukung upaya intensifikasi dan ekstensifikasi lahan untuk meningkatkan produktivitas pertanian.
Pemanfaatan Lahan Kosong di Lapas
Tak hanya pemerintah daerah dan TNI, Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Sumsel turut berperan dalam memperkuat ketahanan pangan. Mereka memanfaatkan lahan kosong di lingkungan lembaga pemasyarakatan (lapas) dan rumah tahanan negara (rutan).
“Program ini sudah dimulai di beberapa lokasi, seperti Rutan Baturaja, Lapas Sekayu, dan Lapas Narkotika Muara Beliti. Kegiatan meliputi budidaya ikan lele, hidroponik, hingga penanaman semangka tanpa biji,” ujar Kepala Kanwil Kemenkumham Sumsel, Ilham Djaya.
Hasil panen dari program ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan di lapas dan rutan, sekaligus didistribusikan ke masyarakat. Selain mendukung swasembada pangan, program ini juga memberikan keterampilan baru bagi warga binaan sebagai bekal mereka setelah bebas.
Komitmen Bersama Wujudkan Ketahanan Pangan
Berbagai inisiatif ini menunjukkan komitmen Sumsel untuk terus berkontribusi dalam ketahanan pangan nasional. “Ketahanan pangan adalah tanggung jawab bersama, tidak hanya pemerintah daerah atau Kementerian Pertanian, tetapi semua elemen bangsa,” tegas Ilham.
Dengan memanfaatkan potensi lahan secara optimal, Sumsel diharapkan mampu mempertahankan perannya sebagai lumbung pangan sekal