Jakarta, Garudatimes.com – PT Dirgantara Indonesia (PT DI) menetapkan target untuk menguasai sejumlah teknologi kunci dalam pengembangan pesawat terbang tanpa awak (PTTA) berjenis MALE (Medium Altitude Long Endurance) guna memperkuat kemampuan pertahanan dalam negeri.
Direktur Utama PT DI, Gita Amperiawan, mengungkapkan bahwa penguasaan teknologi ini sangat penting bagi keberhasilan program PTTA MALE nasional. “Teknologi kunci yang dibidik mencakup material komposit, sistem kendali penerbangan (flight control), telemetri datalink, integrasi sistem persenjataan, serta sistem integrasi propulsi dan perangkat lunaknya,” ujar Gita, Jumat.
PTTA MALE lokal ini merupakan bagian dari 10 program prioritas industri pertahanan nasional yang dimulai sejak masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo dan diteruskan pada pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Dalam rapat yang digelar Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) pada 31 Oktober 2024, PT DI ditunjuk sebagai lead integrator untuk proyek PTTA MALE.
Ketua Tim Pelaksana KKIP, Letjen TNI (Purn.) Yoedhi Swastanto, menekankan perlunya kolaborasi konsorsium baru dan pemetaan industri nasional yang akan terlibat dalam pengembangan drone ini, dengan fokus pada efisiensi anggaran serta penguasaan teknologi kunci.
Gita menjelaskan bahwa PTTA MALE Elang Hitam (EH-1B) menjadi dasar pengembangan PTTA MALE kombatan untuk kebutuhan pertahanan Indonesia. “Jika semua aspek, baik teknis, anggaran, maupun dukungan lainnya sudah siap, uji terbang akan dilakukan di Pangkalan TNI AU Iswahjudi, Madiun,” jelasnya.
Pengembangan drone MALE Elang Hitam dimulai pada 2015, diikuti pembentukan konsorsium pada 2017 yang melibatkan Kementerian Pertahanan, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), TNI AU, Institut Teknologi Bandung, PT DI, PT Len Industri, dan kemudian LAPAN pada 2019. Pada 2019, rangka pesawat Elang Hitam berhasil diproduksi dan diperkenalkan ke publik di hanggar PT DI, Bandung, Jawa Barat.
Namun, pada 2020, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memutuskan untuk mengalihkan program ini menjadi versi sipil karena kendala penguasaan teknologi. Keputusan itu diambil setelah kegagalan uji terbang pada 2021.
Dalam rapat pleno KKIP Oktober 2024, PT DI kembali dipercaya melanjutkan pengembangan PTTA MALE untuk kebutuhan militer, dengan peran sebagai pemimpin integrasi proyek tersebut.